Pandur II 8×8 FSV, Tawarkan Fire Power Maksimal untuk Kavaleri TNI AD

Pandur II 8×8 FSV
Pandur II 8×8 FSV

Wujudnya tetaplah panser, tapi yang satu ini bukan panser biasa, pasalnya panser ini punya daya gebuk setara medium tank. Dan bila tiada aral melintang, sosok ranpur yang dikenal sebagai Pandur II 8×8 FSV (Fire Support Vehicle) akan melengkapi kekuatan Satuan Kavaleri TNI AD. Dengan hadirnya Pandur II 8×8 FSV, otomatis TNI AD menjadi pemegang predikat pengguna ranpur 8×8 tercanggih dan terkuat di Asia Tenggara.
Sebagai perbandingan, khususnya dari sisi fire power, AV81 Terrex 8×8 (Singapura), dan AV8 Gempita 8×8 (Malaysia) paling banter dipersiapkan sebagai IFV (Infantry Fighting Vehicle) dengan kanon kaliber 25 – 30 mm. Sementara Pandur II 8×8 FSV yang akan diakuisisi TNI AD mengusung meriam kaliber 105 mm, selain ada varian Pandur II 8×8 IFV dengan kanon RCWS (Remote Control Weapon System) 30 mm untuk Satuan Infanteri Mekanis. Sebagai informasi, Pandur II 8×8 yang akan didatangkan ke Indonesia berasal dari produk Excalibur Army dari Republik Ceko. Excalibur Army adalah pemegang lisensi untuk produk Pandur dari General Dynamics European Land Combat Systems.
Sebagai alutsista jenis baru untuk TNI, banyak hal menarik dari Pandur II 8×8 FSV. Semisal dari kubah dan laras meriam 105 mm. Pihak manufaktur menawarkan dua varian, ada CT-CV 105 mm produksi CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) Belgia, dan OTO Melara HITFACT 105 mm dari Italia.
CMI CT-CV 105 mm
Lebih detail tentang kubah CMI CT-CV 105 mm, jenis laras yang digunakan adalah tipe L51 dengan panjang 5.545 mm. Desain tekanan laras mencapai 120% dari gun pressure pada meriam 105 mm klasik. Secara umum, di dalam kubah terdapat dua awak, sehingga proses pengisian amunisi menggunakan cara autoloader. Operasi kubah dapat digerakkan secara secara elektrik dan mekanik. Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.
Kubah meriam CT-CV 105 mm dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (Identification Friend or Foe).
Disamping kiri laras meriam bisa dipasangi senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm atau SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm. Di bagian atas tengah kubah, ada lagi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Untuk proteksi, kubah dilengkapi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).
Selain memang kodratnya melepaskan aneka proyetil, laras CT-CV 105HP juga dapat memuntahkan rudal anti tank, yakni Falarick 105. Rudal yang masuk segmen Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM) ini dapat menghajar sasaran sejauh 5.000 meter. Falarick 105 mampu membawa hulu ledak tandem hollow charge. Rudal seberat 25,2 kg ini dipandu dengan sistem semi otomatis lewat laser beam.
HITFACT 105/52 mm
HITFACT 105/52 mm termasuk dalam golongan low recoil gun yang dirancang untuk di install pada tank ringan dan tank medium. Kubah meriam terbuat dari komponen plat baja dan alumunium alloy dengan proteksi balistik sesuai standar NATO. Selain laras meriam 105 mm, kubah juga dibekali senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Selain itu diatas hatch, bisa disematkan mountinggun SMB (senapan mesin berat) 12,7 mm, dan pelontar granat asap untuk perlindungan.
HITFACT 105/52 mm dilengkapi teknologi self stabilized day dan night IR (infrared) thermal camera dengan dukungan integral eye safe laser rangefinder. Tidak itu saja, masih ada meteo dan vertical reference sensor suite, laser warning option, serta sebagai back up ada day optical sight. HITFACT dioperasikan oleh tiga awak, dan komandan dapat mengendalikan meriam sekaligus menjalankan misi target search and detection. Agar sang komandan mendapat visual yang maksimal, pada posisi komandan sudah ada self stabilized panoramic sight dengan day TV/IR camera guna mendapatkan situational awareness optimal.
Sistem kubah dan laras HITFACT 105/52 mm secara keseluruhan punya berat 5.100 kg. Laras meriam dapat dinaikan hingga sudut vertikal 16 derajat. Selain versi 105/52 mm, Leonardo juga menawarkan HITFACT 120/45 mm, dengan kaliber jumbo untuk MBT ini, sistem meriam punya bobot sampai 5.800 kg. HITFACT memang masih asing sebagai arsenal kesenjataan kavaleri di Indonesia, namun HIFACT diluaran sudah digunakan pada ranpur Centauro 8×8.
Bagi Anda yang bertandang ke Indo Defence 2016, maka bisa melihat sosok Rheinmetall Marder Medium Tank RI, dan tank yang jauh-jauh didatangkan dari Jerman tersebut menggunakan kubah HITFACT 105/52.
Melihat dua varian tipe kubah yang ditawarkan, lantas varian apa yang akan digunakan di Pandur II 8×8 FSV TNI AD? Meski belum ada keterangan resmi, kami meyakini yang jadi pilihan adalah kubah/laras dari CMI, alasannya BUMN PT Pindad telah merajut kerjasama dengan CMI untuk pengembangan dan produksi pada proyek medium tank yang kini sedang digarap bersama FNSS (Turki). Tentu saja dengan masuknya Pandur II 8×8 yang kelak juga diproduksi PT Pindad, proses ToT (Transfer of Technology) yang akan diterima oleh industri pertahanan di dalam negeri bakal lebih maksimal. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Griffin Rudal Ringan Multiplatform yang Sudah Terbukti

Uzi SMG, Jejak Sejarah Submachine Gun di Indonesia