Uzi SMG, Jejak Sejarah Submachine Gun di Indonesia

Uzi SMG TNI AD
Uzi SMG TNI AD

Bentuknya khas dan mudah dikenali, nama senjata ini begitu populer dibenak orang banyak, Uzi, Submachine Gun (SMG) lansiran Israel Military Industries (IMI) kondang sebagai ‘aksesoris’ di film-film Hollywood era-80an, dan faktanya juga lekat dalam sejarah persenjataan di Indonesia. Mau bukti? Sosok Uzi dapat dilihat pada etalese senjata di Museum Satria Mandala, Jakarta. Dan sampai saat ini, secara terbatas diyakini Uzi masih digunakan oleh beberapa satuan elite di lingkungan TNI.
Tak sulit untuk mengetahui satuan yang menggunakan Uzi, dalam rilisan foto-foto satuan yang memakai Uzi adalah Taipur (Intai Tempur) Kostrad TNI AD dan Taifib (Intai Amfibi) Korps Marinir TNI AL, lainnya? Karena desainnya yang kompak, diyakini paling tidak senyata ber-layout pistol ini pernah digunakan pasukan pengawal VVIP. Seperti halnya drone Aerostar yang juga produksi Israel, maka Uzi masuk ke Indonesia tidak secara langsung dari negara pembuat, pasalnya Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.
Ken Conboy dalam buku Intel menyebut bahwa kehadiran Uzi di Indonesia diawali dari aktivitas intelijen pasa masa itu. Pendirian Satsus Intel (cikal bakal Satuan Pelaksana BAKIN) tidak lepas dari dukungan Mossad (Dinas Rahasia Israel) yang mengirim instrukturnya ke Indonesia pada 1968. Hubungan ini terus berlanjut, tidak hanya dengan Mossad, namun dengan Badan Intelejen Amerika Serikat (CIA). Pada 1980, CIA mengadakan pelatihan kontra-terorisme dan perlindungan VIP sebanyak lima sesi di Indonesia.
Pada masa itu, AS sangat menyukai Uzi, sehingga lembaga CIA dan US Secret Service menggunakannya. Tentu saja kelas yang dilatih Indonesia diperkenalkan pada SMG Israel tersebut. Sama seperti para pelatihnya di AS, kelas pelatihan yang anggotanya berasal dari BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara) dan TNI AD, dengan segera jatuh cinta pada si kecil yang mematikan ini. Niat untuk membeli pun diutarakan, namun tentu saja harus dilakukan secara rahasia. Mengingat di atas kertas Indonesia mengutuk aksi-aksi kekerasan Israel. Demi mendukung Indonesia, CIA menghubungkan TNI AD dan BAKIN dengan sebuah pabrik senjata AS yang berlokasi di Philadelphia. Uzi untuk Indonesia diperoleh dari sini, dari pabrik yang memperoleh lisensi dari IMI untuk menjual Uzi di Amerika Serikat.
Uzi yang digunakan TNI sejauh ini terlihat adalah tipe SMG, keluarga Uzi lengkapnya terdiri dari tipe Uzi SMG, Uzi micro SMG, Uzi mini SMG, dan Uzi pistol. Uzi SMG varian awal dibuat tanpa blok pengaman dan menggunakan popor pejak dari kayu, jenis ini terlihat dari Uzi yang dgunakan pasukan Taifib Marinir. Sementara varian Uzi SMG yang lebih baru sudah dilengkapi blok pengaman, dan sudah mengadopsi popor lipat dari logam yang arah lipatannya ke bawah receiver.
Yang khas dari Uzi adalah pelopor desain gagang pistol yang sekaligus berfungsi sebagai rumah magasin. Pola ini sudah barang tentu berpengaruh langsung pada desain senjata yang kompak dan ergonomis. Sementara bolt group dibuat sebagai satu blok yang solid, dengan pengokang ditempatkan dibagian atas receiver. Tidak seperti model senapan serbu, tuas pengokang tidak ikut bergerak saat Uzi ditembakkan.
Uzi dirancang oleh Uziel Gal, perwira AS Israel pada awal 1950-an. Selain dirancang sebagai senjata dengan desain ringkas, Uzi juga mudah untuk urusan perawatan, seperti laras Uzi bisa dilepas dengan membuka drat yang mengunci laras di bagian depan receiver. Dengan desainnya yang relatif sederhana, bahkan setiap prajurit Israel diwajibkan mampu membongkar dan merakit kembali Uzi dengan mata tertutup.
Karena sudah menjadi atribut kesenjataan di level global, soal ketelibatan Uzi dalam beragam operasi sudah terekam dalam banyak kisah yang menyiratkan Uzi sudah teramat battle proven. Juga diproduksi lisensi oleh FN Herstal, Norinco, dan Lyttleton Engineering Works, populasi Uzi dalam berbagai tipe sudah mencapai 10 juta pucuk pada tahun 2003. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Uzi SMG :
  • Kaliber: 9×19mm Parabellum
  • Berat: 3,5 kg
  • Panjang: 470 mm
  • Panjang laras: 260 mm
  • Pembidik: iron sight
  • Kecepatan luncur proyektil: 400 meter per detik
  • Kecepatan tembak: 600 peluru per menit
  • Jarak tembak: 120 - 200 meter
  • Kapasitas magasin: 20/25/32/40 peluru

Sumber : http://www.indomiliter.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandur II 8×8 FSV, Tawarkan Fire Power Maksimal untuk Kavaleri TNI AD

Kementerian Pertahanan RI Jadi Pengguna Pertama Skeldar V-200